KONSEP MUTU PENDIDIKAN
Makalah Ini
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Mutu
Dosen Pengampu:
Suwandi M. Ed
Oleh:
Yusuf Yusian S.S (NIM: 1593244004)
Badi’atul Muawiyah (NIM: 1593244007)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI
JOMBANG
2016
KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi dan hanya untuk ALLAH SWT, atas berkat rahmat dan hidayahNya,
sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah Manajemen Mutu. Solawat dan
salam kita haturkan kepada penuntun umat semesta alam nabi Muhmmad SAW yang
kita tunggu-tungggu syafa’atnya.
Makalah
ini memuat tentang kajian konsep mutu pendidikan. Makalah ini diperuntukkan
kepada mahasiswa prodi manajemen pendidikan islam (MPI) bidang studi Manajemen Mutu.
Selanjutnya
kami haturkan banyak terima kasih kepada Bapak Suwandi yang
telah membantu dan mendukung kami dalam menyelesaikan serta menyampaikan
makalah ini. Semoga dengan adanya makalah ini bisa mempermudah mahasiswa dalam
mempelajari Manajemen Mutu.
Makalah
ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan demi perbaikan pada makalah-makalah yang akan datang.
Akhirnya,
kami memohon kepada ALLAH SWT agar memberikan kemanfaatan ilmu,
melimpahkan pertolongan dan kebenaran
kepada kita semua amin.
Jombang, 20 Maret
2017
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman Judul............................................................................................ 1
Kata Pengantar........................................................................................... 2
Daftar Isi..................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 4
A. Latar Belakang.............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan........................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 5
A. Pengertian Mutu
Pendidikan.......................................................................... 5
B. Konsep Mutu
Pendidikan............................................................................. 7
C. Tujuan Mutu
Pendidikan............................................................................... 9
BAB III PENUTUP................................................................................... 10
A. Kesimpulan.................................................................................................. 10
B. Saran........................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Mutu pendidikan merupakan suatu standar yang digunakan untuk mengukur
seberapa baik kualitas dari pendidikan dalam suatu lembaga atau institusi. Mutu pendidikan akan selalu berbeda-beda tergantung dari persfektif
orang. Mutu pendidikan ini, akan menjadi suatu tolak ukur untuk memperbaiki
serta mengevaluasi segala macam kekurangan dalam pendidikan. Dalam makalah ini,
akan dipaparkan tentang apa pengertian dari mutu pendidikan, kemudian konsep
mutu pendidikan itu seperti apa serta tujuan mutu pendidikan untuk mencapai
apa.
Mutu pendidikan yang semakin
berkualitas, akan membawa output yang baik, dan bisa bermanfaat ketika sudah
berinteraksi dengan masyarakat. Untuk menyiapkan mutu pendidikan yang baik,
kita harus menganalisa dulu, apa yang menjadi titik lemah dalam pendidikan.
Setelah titik lemahnya ditemukan, kemudian buat perencanaan serta pengelolaan
untuk memperbaiki kelemahan tersebut.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa pengertian mutu pendidikan?
2.
Apa konsep mutu pendidikan?
3.
Apa tujuan dari mutu pendidikan?
C.
TUJUAN
1.
Mengetahui pengertian mutu pendidikan.
2.
Mengetahui konsep mutu pendidikan.
3.
Mengetahui tujuan dari mutu pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Mutu Pendidikan
Definisi
mutu menurut Field (1993) adalah “sebagai ukuran dari produk atau kinerja
pelayanan terhadap satu spesifikasi pada satu titik tertentu”. Pendapat ini lebih menekankan pada “ukuran”.
Ukuran disini, tentunya bergantung pada jenis barang atau jasa yang dihasilkan
sebagai hasil kinerja manusia, baik yang berupa benda maupun non-benda, yaitu
berupa jasa layanan, seperti halnya dalam bidang pendidikan, yang merupakan
salah satu bentuk industri jasa atau pelayanan, yaitu pelayanan akademik.
Sesuai
dengan definisi di atas dapat dikatakan bahwa mutu adalah suatu karakter atau
batasan tertinggi dari suatu produk atau jasa layanan yang dapat memenuhi
harapan dan kepuasan pelanggan. Oleh
sebab itu, sudah selayaknya jasa pelayanan pendidikan harus dapat menghasilkan
mutu yang baik, karena dengan mutu yang baik, pendidikan akan mampu merebut
pangsa kerja yang semakin sempit dan menantang dengan keterampilan dan
kreatifitas yang telah dibuat standarisasi dalam mutu pendidikan.
Dalam
kaitannya dengan konsep pendidikan yang bermutu, Sallis (1993:280)
menganalogikan bahwa pendidikan adalah jasa yang berupa proses kebudayaan.
Pengertian ini berimplikasi pada adanya masukan (input) dan keluaran (output). Masukan dapat berupa peserta didik, sarana
prasarana serta fasilitas belajar lainnya termasuk lingkungan, sedangkan
keluarannya adalah lulusan atau alumni, yang kemudian menjadi ukuran mutu,
mengingat produk pendidikan merupakan jasa pelayanan, maka mutu jasa pelayanan
pendidikan sangat tergantung sikap pemberi layanan di lapangan serta harapan
pemakai jasa pendidikan. Hal ini berarti
jasa pelayanan pendidikan tidak berwujud benda (intangible) secara langsung,
namun secara kualitatif mutu jasa/pelayanan pendidikan dapat dilihat dari soft
indicator seperti kepedulian dan perhatian pada keinginan /harapan dan kepuasan
pelanggan jasa pendidikan.
Hoyetal,
(2000) menjelaskan bahwa mutu pendidikan adalah hasil penilaian terhadap proses
pendidikan dengan harapan yang tinggi untuk dicapai dari upaya pengembangan
bakat-bakat para pelanggan pendidikan melalui proses pendidikan. Oleh karena
itu perbaikan proses pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencapai
keunggulan dalam penyelenggaraan pendidikan.
Selain
pengertian mutu pendidikan yang diuraikan di atas, mutu pendidikan dapat juga
diartikan sebagai seseorang yang telah mencapai tujuan kurikulum (objective of
curriculum) yang dirancang untuk pengelolaan pembelajaran siswa (Suryadi,
1993:159). Konsep ini lebih menekankan
kepada pengawasan dalam pencapaian tujuan kurikulum pembelajaran, sehingga indikator umumnya adalah semakin tujuan
kurikulum tercapai, maka dapat dikategorikan suatu pendidikan yang bermutu. Ditegaskan lebih jauh bahwa mutu pendidikan
adalah kemampuan lembaga pendidikan dalam mendayagunakan sumber-sumber
pendidikan untuk meningkatkan kemampuan belajar seoptimal mungkin. Analisis konsep ini lebih menekankan kepada
kinerja lembaga, yaitu kecenderungan semakin efektif dalam mendayagunakan
sumber-sumber pendidikan dan semakin baik hasil yang dicapai, maka dapat
dikatakan pendidikan tersebut memiliki mutu yang baik.
Agar
mutu pendidikan yang baik dapat tercapai, maka mutu tersebut harus didukung
oleh sekolah yang bermutu. Sekolah yang
bermutu adalah “sekolah yang secara keseluruhan dapat memberikan kepuasan
kepada pelanggan (masyarakat)” (Margono, 2002).
Pendapat ini cukup beralasan, karena terlalu banyak pengelolaan sekolah,
yang mengabaikan kepuasan dan kebutuhan pelanggan, sehingga hasilnya pun
akhirnya tidak mampu untuk berkompetisi guna meraih peluang dalam berbagai
bidang, khususnya dalam menghadapi kondisi global dimana sekolah diharapkan
dapat berperan lebih efektif dalam mengembangkan fungsinya.
Adapun
yang dimaksud dengan sekolah efektif atau sekolah unggul (excellent school)
adalah sekolah dalam lapangan manajemen sekolah, dengan karakteristik menurut
Sallis (1979) yakni:
1.
guru memiliki kepemimpinan yang kuat dan kepala sekolah memberikan
perhatian tinggi terhadap perbaikan mutu pengajaran.
2.
guru memiliki kondisi pengharapan yang tinggi untuk mendukung
pencapaian prestasi murid.
3.
atmosfer sekolah tidak kaku, sejuk tanpa tekanan, kondusif dalam
seluruh proses pengajaran, berlangsung dalam suatu keadaan/iklim yang nyaman.
4.
sekolah memiliki pengertian yang luas tentang fokus pengajaran dan
mengusahakan efektif sekolah dengan energi dan sumber daya untuk mencapai
tujuan pengajaran secara maksimal.
5.
sekolah efektif dalam menjamin kemajuan murid yang dimonitor secara
periodik.
Untuk meningkatkan mutu sekolah diperlukan dukungan
kepemimpinan kepala sekolah dan manajemen sekolah yang efektif untuk mendukung
kegiatan utama sekolah, yaitu proses belajar mengajar di kelas. Kepala sekolah
yang efektif ialah kepala sekolah yang menjalankan kepemimpinan secara
efektif. Oleh karena itu efektivitas
kepemimpinan kepala sekolah adalah mereka yang membuka diri untuk adanya
pengaruh guru dan pegawai terhadap persoalan penting sehingga produktivitas dan
mutu kinerja sekolah akan bertambah baik jika semua unsur personil bekerja di
bawah payung seorang pemimpin yang memenuhi harapan mereka. Sebaiknya, kepemimpinan kepala sekolah yang
tidak efektif adalah kepemimpinan yang cenderung negatif, penuh kepalsuan dan
kepura-puraan di kalangan guru dan pegawai, yang cenderung lain kata lain
tindakan, tidak saling percaya dang mengelak dari tanggung jawab, serta tidak
melibatkan guru, bawahan dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian kinerja
guru dan pegawai merupakan dampak dari perilaku kepemimpinan kepala sekolah.
Guru
yang efektif adalah guru yang berkinerja tinggi, terutama kinerja mengajarnya
serta mendidiknya yang bisa menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan
menyenangkan bagi peserta didik untuk belajar dengan baik dan terampil dalam
mengajar dengan berbagai metode, tampil dalam memberikan penguatan dan terampil
pula dalam mengakhiri pelajaran, serta guru menjadi teladan atau model dalam
pandangan peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan.[1]
B.
Konsep Mutu Pendidikan
Mutu
mengimplikasikan hal-hal yang berbeda pada masing-masing orang. Tak dapat
dipungkiri bahwasanya setiap orang setuju terhadap upaya peningkatan mutu
pendidikan. Hanya saja, masalah yang muncul kemudian adalah kurangnya kesamaan
makna tentang mutu tersebut.
Sebuah
alasan yang memungkinkan dalam memahami karakter mutu yang membingungkan
tersebut adalah bahwa mutu merupakan sebuah gagasan yang dinamis. Kekuatan
emosi dan moral yang dimiliki mutu membuatnya menjadi sebuah gagasan yang sulit
diseragamkan.
Memang,
makna mutu yang demikian luas juga sedikit membingungkan untuk memahaminya.
Akan tetapi , beberapa konsekuensi praktis yang signifikan akan muncul dari
perbedaan-perbedaan makna tersebut. Sebagai suatu konsep yang absolute, mutu
sama halnya dengan sifat baik, cantik dan benar serta merupakan suatu idealisme
yang tidak dapat dikompromikan. Seperti misalnya produk-produk yang bermutu
adalah sesuatu yang dibuat dengan sempurna dan dengan biaya yang mahal. Produk
tersebut dapat dinilai serta membuat puas dan bangga bagi para pemiliknya.
Sebenarnya mutu dalam pandangan ini lebih tepat disebut high quality atau top
quality. Seperti istilah milik Pfeffer dan Coote, “mayoritas kita memujinya,
menginginkannya, namun sebagian kecil di antara kita yang sanggup memilikinya”.
Jika disinkronkan dengan konteks pendidikan, maka konsep mutu adalah elit,
karena hanya sedikit institusi yang sanggup memberikan pengalaman pendidikan
dengan mutu terbaik kepada para peserta didik.
Mutu
juga dapatdigunakan sebagai suatu konsep yang relatif, devisi relatif tersebut
memandang mutu bukan sebagai suatu atribut produk atau layanan, tetapi sesuatu
yang dianggap berasal dari produk atau layanan tersebut. Mutu dapat dikatakan
ada apabila sebuah layanan memenuhi spesifikasi yang ada. Mutu merupakan sebuah
cara yang menentukan apakah produk terakhir sesuai dengan standar atau belum.
Defisi
relatif tentang mutu tersebut memiliki dua aspek. Pertama adalah menyesuaikan
diri spesifikasi. Kedua adalah memenuhi kebutuhan pelanggan. Cara pertama
menyesuaikan diri terhadap spesifikasi, sering disimpulkan sebagai ‘sesuai dengan tujuan dan manfaat’. Mutu bagi
produsen bisa di peroleh melalui produk atau layanan yang memenuhi spesifikasi
awal yang telah di tetapkan dalam gaya yang konsisten. Para produsen
menunjukkan bahwa mutu memiliki sebuah system jaminan mutu (quality assurance
system) yang memungkinkan roda produksi menghasilkan produk-produk yang secara
konsisten sesuai dengan standar atau spesifikasi tertentu
Dalam
devinisi ini, mobil Rover dan Rolls-Royce adalah produk yang memiliki mutu.
Kemewahan, keindahan eksklusifikasi dan
harga tidak termasuk dalam katagori ini, maka produk tersebut adalah produk
yang memiliki mutu, pendapat tentang mutu yang sedemikian mutu seringkali
disebut dengan istilah, mutu sesungguhnya (quality in fact).
Siapa yang eharusnya memutuskan apakah sebuah sekolah atau
universitas berhasil memberikan sebuah layanan yang memiliki mutu? Salah satu
hal penting yang harus kita miliki adalah ide yang jelas tentang siapa yang
berhak menentukan atribut dari sebuah mutu tersebut: apakah produsen atau
konsumen? Hal ini produsen dan konsumen tidak sama. Terkadang terjadi penolakan
konsumen terhadap produk dan layanan yang menurut produsen sudah sempurna dan
manfaat.
Mutu dapat
didefisikan sebagai sesuatu yang memuaskan dan melampau keinginan dan kebutuhan
pelanggan. Sebab ada satu resiko yang sering kali kita abaikan dari definisi
ini yaitu kenyataan bahwa para pelanggan adalah pihak yang membuat keputusan
terhadap mutu. Tom Peters, dalam Triving on Chocs, membicarakan tentang peran
penting pelanggan dalam menentukan mutu dengan menekankan bahwa sebuah mutu
yang dirasa (perceived quality) kekuasaan produk atau jasa tersebut. Dan dia
berpendapat bahwa karyawan menjadi jauh lebih berenergi ketika mereka memiliki
kesempatan untuk memberikan layanan yang bermutu atau menghasilkan produk yang
bermutu, walaupun demikian dia selalu mengingatkan bahwa plaku plaku pasar yang
baru ikut bergabung juga akan member membuat para pelanggan melakukan
redefinisi terhadap mutu.[2]
C.
Tujuan Mutu Pendidikan
Menurut Anonym (2001) secara rinci peningkatan mutu bertujuan
untuk:
1.
Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif
sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia.
2.
Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.
3.
Meningkatkan tanggungjawab sekolah lepada orang tua, masyarakat,
dan pemerintah tentang mutu sekolahnya.
4.
Meningkatkan kompetisi yang sehat antara sekolah tentang mutu
pendidikan yang akan dicapai.
Karakteristik dasar peningkatan mutu pendidikan yaitu: “Pemberian
otonomi yang luas pada sekolah, partisipasi masyarakat dan orang tua,
kepemimpinan yang demokratis dan profesional, dan team-work yang kompak serta
transparan”. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengoordinasian dan
penyerasian serta pemaduan input sekolah dilakukan secara harmonis sehingga
mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoy eable
learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar serta benar-benar mampu
memberdayakan peserta didik.[3]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Definisi
mutu menurut Field (1993) adalah “sebagai ukuran dari produk atau kinerja
pelayanan terhadap satu spesifikasi pada satu titik tertentu”. Pendapat ini lebih menekankan pada “ukuran”.
Ukuran disini, tentunya bergantung pada jenis barang atau jasa yang dihasilkan
sebagai hasil kinerja manusia, baik yang berupa benda maupun non-benda, yaitu
berupa jasa layanan, seperti halnya dalam bidang pendidikan, yang merupakan
salah satu bentuk industri jasa atau pelayanan, yaitu pelayanan akademik.
Mutu
mengimplikasikan hal-hal yang berbeda pada masing-masing orang. Tak dapat
dipungkiri bahwasanya setiap orang setuju terhadap upaya peningkatan mutu
pendidikan. Hanya saja, masalah yang muncul kemudian adalah kurangnya kesamaan
makna tentang mutu tersebut.
Peningkatan
mutu bertujuan untuk: Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan
inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia;
Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama; Meningkatkan tanggungjawab
sekolah lepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolahnya;
Meningkatkan kompetisi yang sehat antara sekolah tentang mutu pendidikan yang
akan dicapai.
B. Saran
Mutu pendidikan bagi seseorang akan berbeda beda
antara satu dengan lainnya. Akan tetapi dalam esensinya, tujuan mutu pendidikan
adalah usaha untuk selalu memperbaiki serta mengevaluasi segala kekurangan
dalam pendidikan. Jadi, mutu bisa menjadi tolak ukur untuk menentukan output
yang bisa bermanfaat ketika sudah di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Sallis, Edward. 2010. Manajemen Mutu
Terpadu Pendidikan. Jogjakarta: IRCiSoD.
My SQL. “Konsep Mutu Pendidikan”. 20
Maret 2017. https://jodenmot.wordpress.com/2012/12/26/konsep-mutu-pendidikan/
No Name. “Tujuan dan Alasan Perlunya
Peningkatan Mutu Pendidikan”. 20 Maret 2017.
http://www.definisi-pengertian.com/2015/04/tujuan-alasan-peningkatan-mutu-pendidikan.html
[1] My SQL.
“Konsep Mutu Pendidikan”. 20 Maret 2017.
https://jodenmot.wordpress.com/2012/12/26/konsep-mutu-pendidikan/
[3] No Name.
“Tujuan dan Alasan Perlunya Peningkatan Mutu Pendidikan”. 20 Maret 2017.
http://www.definisi-pengertian.com/2015/04/tujuan-alasan-peningkatan-mutu-pendidikan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar