Minggu, 07 Mei 2017

KTSP (Manaj. Kurikulum)


KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
Makalah Ini Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Kurikulum


Dosen Pengampu:
Luqman Hakim, M. A
oleh:
Yusuf Yusian S.S
1593244004

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI
JOMBANG
2016



KATA PENGANTAR
Segala puji bagi dan hanya untuk ALLAH SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah Manajemen Kurikulum. Solawat dan salam kita haturkan kepada penuntun umat semesta alam nabi Muhammad SAW yang kita tunggu-tunggu syafa’atnya.
Makalah ini memuat tentang kajian penyusunan kurikulum satuan pendidikan. Makalah ini diperuntukkan kepada mahasiswa/i prodi manajemen pendidikan islam (MPI) bidang studi Manajemen Kurikulum.
Selanjutnya kami haturkan banyak terima kasih kepada Bapak Luqman Hakim yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga dengan adanya makalah ini bisa mempermudah mahasiswa dalam mempelajari Manajemen Kurikulum.
Makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan pada makalah-makalah yang akan datang.
Akhirnya, kami memohon kepada ALLAH SWT agar memberikan kemanfaatan ilmu, melimpahkan  pertolongan dan kebenaran kepada kita semua amin.
                                               

                                              
Jombang, 7 Mei 2017


                                                          
                                                                                                Penulis




DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................ 1
Kata Pengantar........................................................................................... 2
Daftar Isi..................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 4
A.    Latar Belakang.............................................................................................. 4
B.     Rumusan Masalah......................................................................................... 4
C.     Tujuan Penulisan........................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 5
A.    Pengertian dan Fungsi Kurikulum................................................................... 5
B.     Jenis-Jenis Pengembangan Kurikulum............................................................ 8
C.     Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan........................................................... 10
BAB III PENUTUP................................................................................... 14
A.    Kesimpulan.................................................................................................. 14
B.     Saran........................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA

 BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Kurikulum merupakan kegiatan dan pengalaman potensial yang disusun secara ilmiah dari dalam lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Kurikulum menjadi sesuatu yang penting karena dengan kurikulum yang efektif dan baik, akan menghasilkan pembentukan pribadi peserta didik.
Kurikulum memiliki beberapa konsep yaitu konsep ideal yang berisi sesuatu yang baik, diharapkan, serta dicita-citakan, kemudian konsep nyata yang melakukan kegiatan-kegiatan nyata dalam proses pembelajaran kurikulum yang telah direncanakan, lalu ada konsep kurikulum tersembunyi yang mempengaruhi proses pendidikan peserta didik secara positif ketika mempelajari sesuatu, dan terakhir adalah konsep kurikulum serta pembelajaran yang berisi kurikulum menunjukan sifat umum, jangka panjang, dan tidak dapat tercapai dalam waktu dekat, sedangkan pembelajaran bersifat realitas serta khusus dan harus dicapai dalam waktu dekat.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan diterapkan sejak tahun 2006 dan memiliki segala macam keunggulan serta kelemahan yang pantas untuk dianalisis, akan tetapi dalam pembahasan ini, hanya akan dikemukakan tentang bagaimana karakteristik KTSP itu beserta proses penyusunan KTSP.
B.     RUMUSAN MASALAH
             1.   Apa yang dimaksud kurikulum?
             2.   Apa fungsi dari kurikulum?
             3.  Apa saja jenis-jenis pengembangan kurikulum?
             4.  Bagaimana proses penyusunan KTSP?
C.    TUJUAN
              1.   Mengetahui pengertian kurikulum.
              2.   Mengetahui fungsi kurikulum.
              3.   Mengetahui jenis-jenis pengembangan kurikulum.
              4.   Mengetahui proses penyusunan KTSP.

 BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian dan Fungsi Kurikulum
Secara etimologis kurikulum adalah jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari start sampai finish untuk menjadi juara. Curriculum is the entire school program and all the people involved in it. Program tersebut berisi mata pelajaran yang harus ditempuh selama jangka waktu tertentu, secara terminologis istilah kurikulum adalah sejumlah mata pelajarana yang harus ditempuh serta diselesaikan oleh peserta didik untuk memperoleh suatu penghargaan (ijazah). The curriculum has mean the subject taught in school or the course of study (Ragan, 1966).
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan yang berguna untuk mencapai suatu tujuan yang ditetapkan. Menurut Saylor, Alexander, dan Lewis (1974) kurikulum merupakan segala serta usaha sekolah untuk mempengaruhi serta memotivasi siswa untuk belajar dengan giat dan rajin baik dalam kelas maupun luar sekolah. Sedangkan menurut Harold B. Alberty (1965) memandang kurikulum sebagai kegiatan menyeluruh yang ditujukan kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah.[1]
Pengertian kurikulum secara modern adalah semua kegiatan dan pengalaman potensial yang disusun  secara ilmiah di dalam sekolah maupun di luar sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Pertama, kurikulum bukan hanya tentang mata pelajaran, tetapi juga meliputi kegiatan dan pengalaman potensial yang disusun secara ilmiah. Kedua, kegiatan dan pengalaman belajar bukan hanya di dalam sekolah, melainkan di sekitar maupun di luar lingkungan sekolah. Kegiatan di sekolah meliputi, workshop, OSIS, eksperimen, dll. Kegiatan di luar sekolah meliputi, pekerjaan rumah (PR), observasi penelitian, studi banding, pengabdian masyarakat, dll. Ketiga, guru perlu menggunakan pendekatan multistrategi serta berbagai sumber belajar secara bervariasi untuk melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar. Keempat, tujuan akhir kurikulum adalah mencapai tujuan pendidikan, bukan sekedar mendapatkan ijzah.
Perbedaan kurikulum tradisional dengan kurikulum modern, sebagai berikut:
Aspek-aspek
Kurikulum Tradisional
Kurikulum Modern
Orientasi
Masa lampau
Masa lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang
Dasar falsafah
Tidak berdasarkan falsafat pendidikan yang jelas
Berdasarkan filsafat pendidikan yang jelas dan dapat diwujudkan dalam kegiatan yang konkret
Tujuan pendidikan
Mengutamakan pengetahuan
Mengembangkan keseluruhan pribadi peserta didik secara utuh
Organisasi kurikulum
Berpusat pada mata pelajaran
Berpusat pada masalah dimana peserta didik mengalami sendiri secara langsung
Sumber belajar
Guru sebagai sumber belajar
Selain guru, ada sumber belajar yang lain, seperti pakar, kegiatan, dan bahan
Strategi dan pendekatan pembelajaran
Hanya menggunakan strategi ekspositori dengan pendekatan klasikal
Menggunakan multi strategi dan berbagai pendekatan (individual, kelompok, dan klasikal)
Teknik evaluasi
Tes sebagai teknik penilaian
Tidak hanya tes namun juga non-tes
Peran guru
Peran guru sangat terbatas dan bersifat perorangan. Guru adalah cardinal faktor
Peran guru sangat luas dan bersifat kolektif-kolegial dengan tidak mengurangi kebebasan guru. Guru dituntut aktif, kreatif, inovatif, konstruktif, adaptif, dan kondusif

Fungsi kurikulum antara lain adalah sebagai berikut:
1.      Preventif yaitu mencegah kesalahan para pengembang kurikulum.
2.      Korektif yaitu mengoreksi dan membetulkan kesalahan yang dilakukan oleh pengembang kurikulum.
3.      Konstruktif yaitu memberikan arah yang jelas bagi para pelaksana dan pengembang kurikulum.
4.      Mewariskan nilai-nilai kebudayaan.
5.      Melakukan perubahan dan pengembangan individu.
6.      Alat untuk mencapai pembentukan manusia seutuhnya.
7.      Pedoman mengatur dan membimbing kegiatan sehari-hari di sekolah.
8.      Kesinambungan yaitu jenjang sekolah tingkat atas harus lebih mengetahui dan memahami kurikulum jenjang sekolah yang dibawahnya.
9.      Penyiapan tenaga yaitu sekolah diberi wewenang mempersiapkan tenaga-tenaga terampil.
10.  Guru tidak hanya sebagai pengembang, melainkan juga pelaksana kurikulum.[2]
Menurut Rusman (2009) fungsi manajemen kurikulum antara lain:
1.      Mengelola perencanaan kurikulum.
2.      Mengelola implementasi kurikulum.
3.      Mengelola pelaksanaan evaluasi kurikulum.
4.      Mengelola perumusan penetapan kriteria dan pelaksanaan kenaikan kelas/kelulusan.
5.      Mengelola pengembangan bahan ajar, media pembelajaran, dan sumber belajar.
6.      Mengelola pengembangan ekstrakurikuler dan kokurikuler.[3]



B.     Jenis-Jenis Kurikulum
Konsep terpenting dalam pembangunan suatu kurikulum ada 3 kajian yaitu kurikulum sebagai substansi, kurikulum sebagai sistem, dan kurikulum sebagai bidang studi.
Kurikulum sebagai substansi memperhatikan perencanaan kegiatan bagi para siswa sebagai suatu perangkat tujuan yang akan dicapai. Kurikulum digambarkan sebagai dokumen tertulis gasil musyawarah bersama antara para penyusun kurikulum dan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat.
Kurikulum sebagai sistem memandang bahwa sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem sekolah, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Hasil dari sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis.
Kurikulum sebagai bidang studi merupakan bidang kajian oleh para pakar kurikulum dan pakar pendidikan. Tujuan kurikulum dalam bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum. Melalui studi kepustakaan dab berbagai kegiatan penelitian dan percobaan, para pakar menemukan hal-hal baru yang dapat menambah dan memperkuat bidang studi kurikulum.[4]
Dalam menyusun kurikulum, harus ditentukan pada asas organisatoris yakni bentuk penyajian bahan pelajaran atau organisasi kurikulum. Ada 3 jenis kurikulum antara lain:
1.      Separated Subject Curiculum
Jenis ini merupakan kurikulum terpisah antara satu dengan yang lainnya yang berarti kurikulumnya dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah, yang kurang mempunyai keterkaitan dengan mata pelajaran lainnya. Kurikulum ini terdiri dari beberapa mata pelajaran yang bertujuan agar peserta didik sanggup menguasai bahan dari tiap-tiap mata pelajaran yang telah ditentukan secara logis, sistematis, dan mendalam (Soetopo & Soemanto, 1993: 78).


2.      Correlated Curriculum
Correlated berasal dari kata correlation yang berarti adanya hubungan antara satu dengan yang lainnya. Sifat hubungan terdiri dari berbagai macam antara lain bersifat timbal balik, sebab akibat, ada yang disengaja, tetapi ada juga yang secara kebetulan.
Kelemahan dari correlated curriculum antara lain: kadang-kadang kabur karena kompleks, bahan tidak sistematis, luas bahan tidak ditentukan batasannya, sumber bahan tersebar, dalam raport tidak menggambarkan peserta didik itu pandai atau tidak, tidak semua guru sanggup melaksanakan, kurang memiliki pengetahuan yang seimbang dan dalam.[5]
Jenis ini mengandung makna bahwa sejumlah mata pelajaran dihubungkan antara satu dengan yang lainnya sehingga ruang lingkup bahan yang tercakup semakin luas. Contohnya adalah pelajaran Fiqh dihubungkan dengan Al-Qur’an dan Hadits. Ada beberapa korelasi dalam jenis kurikulum ini, antara lain:
a.       Korelasi okkasional/incidental, yaitu korelasi yang didasarkan secara tiba-tiba atau incidental. Misalnya, pada pelajaran sejarah dapat dibicarakan tentang geografi dan tumbuh-tumbuhan.
b.      Korelasi etis, yaitu bertujuan mendidik budi pekerti dengan konsentrasi dalam pendidikan agama. Misalnya, cara-cara menghormati orang lain.
c.       Korelasi sistematis, yaitu korelasi yang telah direncanakan oleh guru atau pendidik. Misalnya, bercocok tanam padi dibahas dalam geografi dan biologi.
3.      Broad Fields Curriculum
Kurikulum ini terkadang disebut sebagai kurikulum fusi. Taylor dan Alexander menyebutnya dengan The Broad Field of Subject Matter. Broad Fields menghapuskan batas-batas dan menyatukan mata pelajaran (subject matter) yang berhubungan erat. Hilda Taba mengatakan bahwa “The broad fields curriculum is essentialy an effort to automatization of curriculum by combining several specific areas large fields” (The board fields curriculum) adalah usaha meningkatkan kurikulum dengan kombinasi dari beberapa mata pelajaran. Contohnya sejarah, ekonomi, geografi, dan politik disatukan dalam Ilmu Pengetahuan Sosial.
4.      Integrated Curriculum
Kurikulum terpadu merupakan suatu produk dari usaha integrasi bahan pelajaran dari berbagai macam pelajaran. Kurikulum jenis ini membuka kesempatan lebih banyak untuk melakukan kerja kelompok, masyarakat, dan lingkungan sebagai sumber belajar, mementingkan perbedaan individual anak didik, dan dalam perencanaan pelajaran siswa diikutsertakan.
Integrated Curriculum memiliki ciri yang fleksibel dan tidak menghendaki hasil belajar yang sama dari semua anak didik. Pendidik, orang tua, serta anak didik merupakan komponen-komponen yang bertanggung jawab dalam proses pengembangannya.[6]
Bila dilihat dari sudut bahan maka tertera antara lain: bahan disajikan menyeluruh, sumber bahan tidak terbatas, bahan langsung berhubungan dengan masalah, bahan ditentukan secara demokratis, dan bahan bisa diambil dari yang actual dan memperhatikan kondisi dan situasi lingkungan.
Bila dilihat dari sudut guru, maka pelaksanaannya diharapkan guru mampu menjadi manajer (organisator, motivator, coordinator, konduktor), administrator (dokumentator), supervisor (konselor, korektor, evaluator), instruktur (fasilitator, moderator, komunikator), innovator (dinamisator).
Bila dilihat dari sudut peserta didik, maka siswa dituntu untuk bersikap learn to know, learn to do, learn to live together, learn to be.[7]
C.     Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Menurut Perarturan Pemerintah No. 19 Th 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab 1 pasal 1 ayat (15) Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan adalah “kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan”. KTSP merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah (Mansur Muslich, 2007: 17)
Dari definisi tersebut, maka sekolah diberi otonomi penuh untuk mengembangkan dan mengimplementasikan KTSP menurut kemampuan sekolah dengan cara memberikan hak khusus/otonomi yang lebih besar kepada pihak sekolah.
Landasan dalam menyusun KTSP adalah Undang-Undang No. 20 Th 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. KTSP mengacu pada penyusunan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22/2006 tentang Standar Isi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24/2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22/2006 dan No. 23/2006, serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP).[8]
KTSP memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dengan kurikulum sebelumnya, antara lain:
1.      KTSP menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik individual maupun klasikal.
2.      KTSP berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
3.      Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
4.      Sumber belajar guru serta sumber lain yang bersifat edukatif/mendidik.
5.      Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan suatu kompetensi.
KTSP memiliki empat komponen yang disusun oleh BNSP, yaitu tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan KTSP, kalender pendidikan, dan silabus serta rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dikutip dari Panduan Penyusunan KTSP, 2008: 148-151.



Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan ada 3 yaitu:
1.      Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
2.      Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
3.      Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
KTSP memiliki beberapa muatan pendidikan yang diuraiakan dalam PP No. 19 Th 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 7 yang meliputi mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan pengembangan diri, pengaturan beban belajar, ketuntasan belajar, kenaikan kelas,penjuruan, serta kelulusan, kemudian pendidikan kecakapan hidup, dan terakhir pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.
Kalender pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik, dan masyarakat, serta dengan memerhatikan kalender pendidikan sebagaimana tercantum dalam Standar Isi (SI). Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Berdasarkan silabus ini, guru sanggup mengembangkannya menjadi Rencana Pelaksanaan Pembelajaraan (RPP) yang akan diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar bagi siswanya.[9]
KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut:
1.      Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
2.      Memiliki keragaman dan terpadu.
3.      Responsive terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
4.      Relevan sesuai kebutuhan kehidupan.
5.      Menyeluruh serta berkesinambungan.
6.      Belajar sepanjang hayat.
7.      Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
KTSP disusun dengan memperhatikan beberapa hal, antara lain:
1.      Peningkatan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2.      Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik.
3.      Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan.
4.      Tuntutan pembangunan daerah dan nasional.
5.      Tuntutan dunia kerja.
6.      Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
7.      Kepercayaan (agama).
8.      Dinamika perkembangan global.
9.      Persatuan nasional serta nilai-nilai kebangsaan.
10.  Kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
11.  Kesetaraan gender.
12.  Karakteristik satuan pendidikan.[10]

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
The curriculum has mean the subject taught in school or the course of study. kurikulum secara modern adalah semua kegiatan dan pengalaman potensial yang disusun  secara ilmiah di dalam sekolah maupun di luar sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Fungsi kurikulum antara lain adalah preventif, korektif, konstruktif, kesinambungan, serta mewariskan nilai-nilai kebudayaan.
Dalam menyusun kurikulum, harus ditentukan pada asas organisatoris yakni bentuk penyajian bahan pelajaran atau organisasi kurikulum. Ada 3 jenis kurikulum antara lain: Separated Subject Curiculum, Correlated Curriculum, Broad Fields Curriculum, and Integrated Curriculum.
 KTSP merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah. sekolah diberi otonomi penuh untuk mengembangkan dan mengimplementasikan KTSP menurut kemampuan sekolah dengan cara memberikan hak khusus/otonomi yang lebih besar kepada pihak sekolah.
B.     Saran
Kurikulum merupakan salah satu elemen penting dalam pendidikan, sehingga dalam menyusun serta mengembangkan kurikulum harus cermat dan teliti karena akan mempengaruhi peserta didik dalam berpikir dan mengambil sikap. Jadi, dalam proses penyusunan kurikulum, kita diharuskan untuk cerdas serta berhati-hati dalam penyusunan kurikulum yang akan digunakan.
  
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2014. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Idi, Abdullah. 2014. Pengembangan Kurikulum, Teori & Praktik. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Mulyasa. 2006. Kurikulum yang Disempurnakan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Dakir. 2010. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya
Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta: Rajagrafindo Persada.




[1] Rusman. Manajemen Kurikulum. (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2009) hal 3
[2] Arifin, Zainal. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004) hal 2-15
[3] Ibid. hal 17-20
[4] Sukmadinata, Nana Syaodih. Pengembangan Kurikulum. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010) hal 27
[5] Dakir. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) hal 47
[6] Idi, Abdullah. Pengembangan Kurikulum, Teori & Praktik. (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2014) hal 115-120
[7] Dakir. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) hal 54-56
[8] Mulyasa. Kurikulum yang Disempurnakan. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006) hal 231-232
[9] Ibid. hal 242-244
[10] Arifin, Zainal. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014) hal 184-188






                                        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Manajemen Konflik (Strategi Mengatasi Konflik)

STRATEGI MENGATASI KONFLIK Makalah Ini Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Konflik ...