KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
Makalah Ini
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Kurikulum
Dosen Pengampu:
Luqman Hakim, M. A
oleh:
Yusuf Yusian S.S
1593244004
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI
JOMBANG
2016
KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi dan hanya untuk ALLAH SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah Manajemen Kurikulum. Solawat dan
salam kita haturkan kepada penuntun umat semesta alam nabi Muhammad SAW yang
kita tunggu-tunggu syafa’atnya.
Makalah
ini memuat tentang kajian penyusunan kurikulum satuan pendidikan. Makalah ini
diperuntukkan kepada mahasiswa/i prodi manajemen pendidikan islam (MPI) bidang
studi Manajemen Kurikulum.
Selanjutnya
kami haturkan banyak terima kasih kepada Bapak Luqman Hakim yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga
dengan adanya makalah ini bisa mempermudah mahasiswa dalam mempelajari Manajemen
Kurikulum.
Makalah
ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan demi perbaikan pada makalah-makalah yang akan datang.
Akhirnya,
kami memohon kepada ALLAH SWT agar memberikan kemanfaatan ilmu,
melimpahkan pertolongan dan kebenaran kepada
kita semua amin.
Jombang, 7 Mei
2017
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman Judul............................................................................................ 1
Kata Pengantar........................................................................................... 2
Daftar Isi..................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 4
A. Latar Belakang.............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan........................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 5
A. Pengertian dan
Fungsi Kurikulum................................................................... 5
B. Jenis-Jenis Pengembangan
Kurikulum............................................................ 8
C. Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan........................................................... 10
BAB III PENUTUP................................................................................... 14
A. Kesimpulan.................................................................................................. 14
B. Saran........................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Kurikulum merupakan kegiatan dan pengalaman potensial yang disusun secara
ilmiah dari dalam lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Kurikulum menjadi sesuatu yang penting karena dengan kurikulum yang
efektif dan baik, akan menghasilkan pembentukan pribadi peserta didik.
Kurikulum memiliki beberapa konsep
yaitu konsep ideal yang berisi sesuatu yang baik, diharapkan, serta
dicita-citakan, kemudian konsep nyata yang melakukan kegiatan-kegiatan nyata
dalam proses pembelajaran kurikulum yang telah direncanakan, lalu ada konsep
kurikulum tersembunyi yang mempengaruhi proses pendidikan peserta didik secara
positif ketika mempelajari sesuatu, dan terakhir adalah konsep kurikulum serta
pembelajaran yang berisi kurikulum menunjukan sifat umum, jangka panjang, dan
tidak dapat tercapai dalam waktu dekat, sedangkan pembelajaran bersifat
realitas serta khusus dan harus dicapai dalam waktu dekat.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan
diterapkan sejak tahun 2006 dan memiliki segala macam keunggulan serta
kelemahan yang pantas untuk dianalisis, akan tetapi dalam pembahasan ini, hanya
akan dikemukakan tentang bagaimana karakteristik KTSP itu beserta proses
penyusunan KTSP.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud kurikulum?
2. Apa fungsi dari kurikulum?
3. Apa saja jenis-jenis pengembangan kurikulum?
4. Bagaimana proses penyusunan KTSP?
C.
TUJUAN
1. Mengetahui pengertian kurikulum.
2. Mengetahui fungsi kurikulum.
3. Mengetahui jenis-jenis
pengembangan kurikulum.
4. Mengetahui proses
penyusunan KTSP.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian dan Fungsi Kurikulum
Secara etimologis kurikulum
adalah jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari start sampai finish
untuk menjadi juara. Curriculum is the entire school program and all the
people involved in it. Program tersebut berisi mata pelajaran yang harus
ditempuh selama jangka waktu tertentu, secara terminologis istilah
kurikulum adalah sejumlah mata pelajarana yang harus ditempuh serta
diselesaikan oleh peserta didik untuk memperoleh suatu penghargaan (ijazah). The
curriculum has mean the subject taught in school or the course of study
(Ragan, 1966).
Kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan yang berguna untuk
mencapai suatu tujuan yang ditetapkan. Menurut Saylor, Alexander, dan Lewis
(1974) kurikulum merupakan segala serta usaha sekolah untuk mempengaruhi serta
memotivasi siswa untuk belajar dengan giat dan rajin baik dalam kelas maupun luar
sekolah. Sedangkan menurut Harold B. Alberty (1965) memandang kurikulum sebagai
kegiatan menyeluruh yang ditujukan kepada siswa di bawah tanggung jawab
sekolah.[1]
Pengertian kurikulum secara modern
adalah semua kegiatan dan pengalaman potensial yang disusun secara ilmiah di dalam sekolah maupun di luar
sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Pertama, kurikulum bukan hanya
tentang mata pelajaran, tetapi juga meliputi kegiatan dan pengalaman potensial
yang disusun secara ilmiah. Kedua, kegiatan dan pengalaman belajar bukan
hanya di dalam sekolah, melainkan di sekitar maupun di luar lingkungan sekolah.
Kegiatan di sekolah meliputi, workshop, OSIS, eksperimen, dll. Kegiatan di luar
sekolah meliputi, pekerjaan rumah (PR), observasi penelitian, studi banding,
pengabdian masyarakat, dll. Ketiga, guru perlu menggunakan pendekatan
multistrategi serta berbagai sumber belajar secara bervariasi untuk
melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar. Keempat, tujuan akhir
kurikulum adalah mencapai tujuan pendidikan, bukan sekedar mendapatkan ijzah.
Perbedaan
kurikulum tradisional dengan kurikulum modern, sebagai berikut:
Aspek-aspek
|
Kurikulum Tradisional
|
Kurikulum Modern
|
Orientasi
|
Masa lampau
|
Masa lampau, masa
sekarang, dan masa yang akan datang
|
Dasar
falsafah
|
Tidak berdasarkan falsafat pendidikan yang jelas
|
Berdasarkan filsafat pendidikan yang jelas dan dapat diwujudkan
dalam kegiatan yang konkret
|
Tujuan
pendidikan
|
Mengutamakan
pengetahuan
|
Mengembangkan
keseluruhan pribadi peserta didik secara utuh
|
Organisasi
kurikulum
|
Berpusat pada mata pelajaran
|
Berpusat pada masalah dimana peserta didik mengalami sendiri
secara langsung
|
Sumber
belajar
|
Guru sebagai
sumber belajar
|
Selain guru,
ada sumber belajar yang lain, seperti pakar, kegiatan, dan bahan
|
Strategi dan
pendekatan pembelajaran
|
Hanya menggunakan strategi ekspositori dengan pendekatan klasikal
|
Menggunakan multi strategi dan berbagai pendekatan (individual,
kelompok, dan klasikal)
|
Teknik
evaluasi
|
Tes sebagai
teknik penilaian
|
Tidak hanya
tes namun juga non-tes
|
Peran guru
|
Peran guru sangat terbatas dan bersifat perorangan. Guru adalah
cardinal faktor
|
Peran guru sangat luas dan bersifat kolektif-kolegial dengan
tidak mengurangi kebebasan guru. Guru dituntut aktif, kreatif, inovatif,
konstruktif, adaptif, dan kondusif
|
Fungsi kurikulum antara lain adalah
sebagai berikut:
1.
Preventif yaitu mencegah kesalahan para pengembang kurikulum.
2.
Korektif yaitu mengoreksi dan membetulkan kesalahan
yang dilakukan oleh pengembang kurikulum.
3.
Konstruktif yaitu memberikan arah yang jelas bagi para
pelaksana dan pengembang kurikulum.
4.
Mewariskan nilai-nilai kebudayaan.
5.
Melakukan perubahan dan pengembangan individu.
6.
Alat untuk mencapai pembentukan manusia seutuhnya.
7.
Pedoman mengatur dan membimbing kegiatan sehari-hari
di sekolah.
8.
Kesinambungan yaitu jenjang sekolah tingkat atas harus lebih
mengetahui dan memahami kurikulum jenjang sekolah yang dibawahnya.
9.
Penyiapan tenaga yaitu sekolah diberi wewenang
mempersiapkan tenaga-tenaga terampil.
Menurut Rusman (2009) fungsi manajemen kurikulum antara lain:
1.
Mengelola perencanaan kurikulum.
2.
Mengelola implementasi kurikulum.
3.
Mengelola pelaksanaan evaluasi kurikulum.
4.
Mengelola perumusan penetapan kriteria dan pelaksanaan
kenaikan kelas/kelulusan.
5.
Mengelola pengembangan bahan ajar, media pembelajaran,
dan sumber belajar.
B.
Jenis-Jenis Kurikulum
Konsep terpenting dalam pembangunan
suatu kurikulum ada 3 kajian yaitu kurikulum sebagai substansi, kurikulum
sebagai sistem, dan kurikulum sebagai bidang studi.
Kurikulum sebagai substansi
memperhatikan perencanaan kegiatan bagi para siswa sebagai suatu perangkat
tujuan yang akan dicapai. Kurikulum digambarkan sebagai dokumen tertulis gasil
musyawarah bersama antara para penyusun kurikulum dan pemegang kebijaksanaan
pendidikan dengan masyarakat.
Kurikulum sebagai sistem memandang
bahwa sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem sekolah, sistem pendidikan,
bahkan sistem masyarakat. Hasil dari sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu
kurikulum dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara
kurikulum agar tetap dinamis.
Kurikulum sebagai bidang studi
merupakan bidang kajian oleh para pakar kurikulum dan pakar pendidikan. Tujuan
kurikulum dalam bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan
sistem kurikulum. Melalui studi kepustakaan dab berbagai kegiatan penelitian
dan percobaan, para pakar menemukan hal-hal baru yang dapat menambah dan
memperkuat bidang studi kurikulum.[4]
Dalam menyusun kurikulum, harus
ditentukan pada asas organisatoris yakni bentuk penyajian bahan pelajaran atau
organisasi kurikulum. Ada 3 jenis kurikulum antara lain:
1.
Separated Subject Curiculum
Jenis ini merupakan kurikulum terpisah antara satu dengan yang lainnya yang
berarti kurikulumnya dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah, yang
kurang mempunyai keterkaitan dengan mata pelajaran lainnya. Kurikulum ini terdiri dari beberapa mata pelajaran yang bertujuan
agar peserta didik sanggup menguasai bahan dari tiap-tiap mata pelajaran yang
telah ditentukan secara logis, sistematis, dan mendalam (Soetopo &
Soemanto, 1993: 78).
2.
Correlated Curriculum
Correlated berasal dari kata correlation yang berarti adanya hubungan
antara satu dengan yang lainnya. Sifat hubungan terdiri dari berbagai macam
antara lain bersifat timbal balik, sebab akibat, ada yang disengaja, tetapi ada
juga yang secara kebetulan.
Kelemahan dari correlated
curriculum antara lain: kadang-kadang kabur karena kompleks, bahan tidak
sistematis, luas bahan tidak ditentukan batasannya, sumber bahan tersebar,
dalam raport tidak menggambarkan peserta didik itu pandai atau tidak, tidak
semua guru sanggup melaksanakan, kurang memiliki pengetahuan yang seimbang dan
dalam.[5]
Jenis ini mengandung makna bahwa
sejumlah mata pelajaran dihubungkan antara satu dengan yang lainnya sehingga
ruang lingkup bahan yang tercakup semakin luas. Contohnya adalah pelajaran Fiqh
dihubungkan dengan Al-Qur’an dan Hadits. Ada beberapa korelasi dalam jenis
kurikulum ini, antara lain:
a.
Korelasi okkasional/incidental, yaitu korelasi yang didasarkan secara tiba-tiba atau incidental.
Misalnya, pada pelajaran sejarah dapat dibicarakan tentang geografi dan
tumbuh-tumbuhan.
b.
Korelasi etis, yaitu bertujuan mendidik budi pekerti dengan
konsentrasi dalam pendidikan agama. Misalnya, cara-cara menghormati orang lain.
c.
Korelasi sistematis, yaitu korelasi yang telah direncanakan oleh guru
atau pendidik. Misalnya, bercocok tanam padi dibahas dalam geografi dan
biologi.
3.
Broad Fields Curriculum
Kurikulum ini terkadang disebut
sebagai kurikulum fusi. Taylor dan Alexander menyebutnya dengan The Broad
Field of Subject Matter. Broad Fields menghapuskan batas-batas dan
menyatukan mata pelajaran (subject matter) yang berhubungan erat. Hilda
Taba mengatakan bahwa “The broad fields curriculum is essentialy an effort
to automatization of curriculum by combining several specific areas large
fields” (The board fields curriculum) adalah usaha meningkatkan
kurikulum dengan kombinasi dari beberapa mata pelajaran. Contohnya sejarah,
ekonomi, geografi, dan politik disatukan dalam Ilmu Pengetahuan Sosial.
4.
Integrated Curriculum
Kurikulum terpadu merupakan suatu
produk dari usaha integrasi bahan pelajaran dari berbagai macam pelajaran.
Kurikulum jenis ini membuka kesempatan lebih banyak untuk melakukan kerja
kelompok, masyarakat, dan lingkungan sebagai sumber belajar, mementingkan
perbedaan individual anak didik, dan dalam perencanaan pelajaran siswa
diikutsertakan.
Integrated Curriculum memiliki ciri yang fleksibel dan tidak menghendaki hasil belajar
yang sama dari semua anak didik. Pendidik, orang tua, serta anak didik
merupakan komponen-komponen yang bertanggung jawab dalam proses
pengembangannya.[6]
Bila dilihat dari sudut bahan maka
tertera antara lain: bahan disajikan menyeluruh, sumber bahan tidak terbatas,
bahan langsung berhubungan dengan masalah, bahan ditentukan secara demokratis,
dan bahan bisa diambil dari yang actual dan memperhatikan kondisi dan situasi
lingkungan.
Bila dilihat dari sudut guru, maka
pelaksanaannya diharapkan guru mampu menjadi manajer (organisator, motivator,
coordinator, konduktor), administrator (dokumentator), supervisor (konselor,
korektor, evaluator), instruktur (fasilitator, moderator, komunikator),
innovator (dinamisator).
Bila dilihat dari sudut peserta
didik, maka siswa dituntu untuk bersikap learn to know, learn to do, learn
to live together, learn to be.[7]
C.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Menurut Perarturan Pemerintah No. 19
Th 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab 1 pasal 1 ayat (15) Kurikulum
Satuan Tingkat Pendidikan adalah “kurikulum operasional yang disusun dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan”. KTSP merupakan penyempurnaan
dari Kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan
dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah (Mansur Muslich,
2007: 17)
Dari definisi tersebut, maka sekolah
diberi otonomi penuh untuk mengembangkan dan mengimplementasikan KTSP menurut
kemampuan sekolah dengan cara memberikan hak khusus/otonomi yang lebih besar
kepada pihak sekolah.
Landasan dalam menyusun KTSP adalah
Undang-Undang No. 20 Th 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah
No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. KTSP mengacu pada penyusunan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22/2006 tentang Standar Isi untuk
Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23
tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24/2006 tentang Pelaksanaan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 22/2006 dan No. 23/2006, serta berpedoman pada
panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP).[8]
KTSP memiliki beberapa karakteristik
yang berbeda dengan kurikulum sebelumnya, antara lain:
1.
KTSP menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik individual
maupun klasikal.
2.
KTSP berorientasi pada hasil belajar (learning
outcomes) dan keberagaman.
3.
Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan
dan metode yang bervariasi.
4.
Sumber belajar guru serta sumber lain yang bersifat
edukatif/mendidik.
5.
Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar
dalam upaya penguasaan suatu kompetensi.
KTSP memiliki empat komponen yang disusun oleh BNSP, yaitu tujuan
pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan KTSP, kalender
pendidikan, dan silabus serta rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dikutip
dari Panduan Penyusunan KTSP, 2008: 148-151.
Tujuan
pendidikan tingkat satuan pendidikan ada 3 yaitu:
1.
Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
2.
Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
3.
Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
KTSP memiliki beberapa muatan
pendidikan yang diuraiakan dalam PP No. 19 Th 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan Pasal 7 yang meliputi mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan
pengembangan diri, pengaturan beban belajar, ketuntasan belajar, kenaikan kelas,penjuruan,
serta kelulusan, kemudian pendidikan kecakapan hidup, dan terakhir pendidikan
berbasis keunggulan lokal dan global.
Kalender pendidikan disesuaikan
dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik, dan
masyarakat, serta dengan memerhatikan kalender pendidikan sebagaimana tercantum
dalam Standar Isi (SI). Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan
kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian. Berdasarkan silabus ini, guru sanggup
mengembangkannya menjadi Rencana Pelaksanaan Pembelajaraan (RPP) yang akan
diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar bagi siswanya.[9]
KTSP
dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut:
1.
Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik dan lingkungannya.
2.
Memiliki keragaman dan terpadu.
3.
Responsive terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni.
4.
Relevan sesuai kebutuhan kehidupan.
5.
Menyeluruh serta berkesinambungan.
6.
Belajar sepanjang hayat.
7.
Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan
daerah.
KTSP
disusun dengan memperhatikan beberapa hal, antara lain:
1.
Peningkatan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2.
Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai
dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik.
3.
Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan
lingkungan.
4.
Tuntutan pembangunan daerah dan nasional.
5.
Tuntutan dunia kerja.
6.
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
7.
Kepercayaan (agama).
8.
Dinamika perkembangan global.
9.
Persatuan nasional serta nilai-nilai kebangsaan.
10.
Kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
11.
Kesetaraan gender.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
The curriculum has mean the subject
taught in school or the course of study. kurikulum
secara modern adalah semua kegiatan dan pengalaman potensial yang disusun secara ilmiah di dalam sekolah maupun di luar
sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Fungsi kurikulum antara lain adalah
preventif, korektif, konstruktif, kesinambungan, serta mewariskan nilai-nilai
kebudayaan.
Dalam menyusun kurikulum, harus
ditentukan pada asas organisatoris yakni bentuk penyajian bahan pelajaran atau
organisasi kurikulum. Ada 3 jenis kurikulum antara lain: Separated Subject
Curiculum, Correlated Curriculum, Broad Fields Curriculum, and Integrated
Curriculum.
KTSP merupakan penyempurnaan dari Kurikulum
2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan atau sekolah. sekolah diberi otonomi penuh
untuk mengembangkan dan mengimplementasikan KTSP menurut kemampuan sekolah
dengan cara memberikan hak khusus/otonomi yang lebih besar kepada pihak sekolah.
B. Saran
Kurikulum merupakan salah satu
elemen penting dalam pendidikan, sehingga dalam menyusun serta mengembangkan
kurikulum harus cermat dan teliti karena akan mempengaruhi peserta didik dalam
berpikir dan mengambil sikap. Jadi, dalam proses penyusunan kurikulum, kita
diharuskan untuk cerdas serta berhati-hati dalam penyusunan kurikulum yang akan
digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin,
Zainal. 2014. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Idi,
Abdullah. 2014. Pengembangan Kurikulum, Teori & Praktik. Jakarta:
Rajagrafindo Persada.
Mulyasa.
2006. Kurikulum yang Disempurnakan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Dakir.
2010. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta.
Sukmadinata,
Nana Syaodih. 2010. Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya
Rusman.
2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
[2] Arifin, Zainal. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2004) hal 2-15
[4] Sukmadinata, Nana Syaodih. Pengembangan Kurikulum.
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010) hal 27
[5] Dakir. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010) hal 47
[6] Idi, Abdullah. Pengembangan Kurikulum, Teori & Praktik.
(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2014) hal 115-120
[7] Dakir. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010) hal 54-56
[8] Mulyasa. Kurikulum yang Disempurnakan. (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006) hal 231-232
[10] Arifin, Zainal.
Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2014) hal 184-188
Tidak ada komentar:
Posting Komentar